CERITA DARI PETERNAKAN



Hasil gambar untuk animal farm


Oleh : Rizki Ade Putra

Aku akan menceritakan sesuatu pada mu.

Tentang sebuah kisah yang memuakan, ya sangat memuakan.

Cerita tentang penghiatan yang paling keji.

Cerita tentang penghancuran yang paling masif.

Cerita ini aku dengar dari seseorang kawan bernama George Orwell. Kawan yang menyenangkan tetapi disisi lain juga sangat menjengkelkan. Kau tau dia banyak menceritakan mimpi buruk . Mimpi tentang perilaku kekuasaan yang sudah membusuk, bau busuk dalam mimpinya itu menyeruak sampai kita yang terjaga ini, sampai limbung dan ingin muntah.

Aku tidak mungkin menceritakan semua mimpi buruknya yang pernah dia ceritakan kepada ku. Tetapi ada satu. Ya satu cerita mimpi buruk yang paling ku ingat adalah cerita tentang para binatang ternak. Ya kamu tidak salah tentang binatang. Orwell memang nakal sekali menyeret para biantang yang polos, penurut dan bodoh itu disandingkan dengan perilaku manusia setelah memegang kekuasaan yang menjijikan.

Cerita ini diceritakannya kepada ku baru-baru ini, tapi dia bilang ini mimpi sudah lama sekali dia alami kalau tidak salah dia mengaku mimpi itu dialami pada tahun 1945. Tunggu dulu mungkin kau bingung bagaimana Orwell bisa punya daya ingat yang sangat hebat. Ahh tidak perlu bingung seperti itu jawabannya sudah jelas bukan. Bukan.. dia tidak punya ajian khusus atau ilmu supranatural dari mahkluk luar angkasa seperti Cecep. Dia telah mengawetkan mimpinya itu dalam media keabadian : tulisan. Dia menulis mimpinya itu lalu menceritakan kepada orang-orang, lalu orang-orang membeli tulisannya dia supaya orang-orang itu mampu menceritakannya kepada orang-orang yang lain dan sampailah kepada ku. Ya begitulah nasabnya. Jadi bisa dibilang cerita yang aku baca dan ketahui tidaklah jauh dari yang orisinil bahkan bisa dibilang autentik jika anda tidak menghitung proses alih bahasa sebagai tindakan penghilangan orisinilitas.

Cerita ini terletak sepenuhnya di dalam Peternakan Manor. Di dalam peternakan ini ada sebuah dinamika yang menarik yang coba akan aku ceritakan secara singkat kepada kalian dan akan aku coba memberikan pikiranku juga disini. Setelah malam, ketika kegiatan di Peternakan Manor hanya tinggal satu hal yaitu istirahat, ya begitulah bagi Pak Jones si peternak. Tapi ketika Pak Jones sudah kembali kerumahnya yang hangat, para binatang itu menunggu sesuatu, mereka menunggu sebuah dongeng sebelum tidur dari binantang yang mereka semua hormati babi tua yang kecerdasan dan gaya bicaranya mampu membuat semua bintang akan diam menekur dan berintrospeksi diri, babi itu dikenal dengan Mayor Tua. Mayor membukanya dengan kata “Kamerad.” Dia menceritakan tentang hakikat kehidupan para binatang. Apa yang bisa para binatang harapkan ? mereka diberikan makan bukan untuk maksud lain selain menjaga agar napas tidak habis sehingga mereka bisa diperbudak sampai ke bulu-bulunya. Setelah tenaga habis diperas ? yasudah dibawa ke rumah jagal untuk bisa dijual kepasar. Tidak ada seekor binatangpun yang hidup bebas semua dari mereka terikat dalam perbudakan yang tiada akhir sampai mereka mati, anak dan cucu mati. Begitu kiranya Mayor Tua menceritakan ada yang tersentak tapi ada yang meragukannya. Yang meragukannya dalam pikirannya bertanya “bukankah ini sudah tatanan dari alam ?” Mayor Tua insaf kalau ada binatang yang berfikir seperti itu. pikiran yang diwariskan dari leluhur mereka yang paling primitif tentang ketundukan kepada alam. Mayor menjawab keraguan dengan pernyataan mantap yang mengguncangkan hati : semua ini akibat ulah manusia ! mereka menguasai semua alat dan hasil produksi. Itulah kuncinya. Perbudakan ini tidak akan berakhir sampai kita berani melawan. Begitu kira-kira yang disampaikan Mayor Tua untuk menjawab keraguan yang ada dibenak para binatang yang ragu.

Analisis yang tajam dari Mayor Tua. Mari kita pikirkan sejenak apa yang coba disampaikan oleh Mayor Tua merupakan sebuah realita yang ada baik di dalam dunia perternakan maupun di dunia kita sekarang. Kita tidak lain dari hewan-hewan peternakan yang terus saja dihisap tenaganya untuk menghasilkan sesuatu yang hanya bisa sedikit yang kita nikmati. Selebihnya kemana ? Tentu saja kepada pemilik peternakan atau dalam hal ini pemilik modal. Mengapa begitu ? jawabannya mungkin karena kita sendiri tidak memiliki modal tersebut. Dulu, dulu sekali kita pernah punya modal yang cukup untuk bertahan hidup. Dulu tanah, alat bajak, keahlian mengelola alam semua kita punyai. Kita sendiri yang mengusahakan makan dari keringat sendiri dan mati karena kesalahan sendiri. tetapi sekarang ? setelah apa yang kita punya telah digadaikan, kekuasaan dimonopoli oleh seseorang atau sebagian orang, ketika tanah sudah dijual oleh pengusaha atau pengembang sehingga tidak ada tanah lagi untuk digarap menjadi makanan, lalu dari mana urusan perut bisa teratasi ? tentu saja harus menjual tenaga kepada seseorang atau sekelompok orang yang menguasai tanah tersebut karena tinggal tenaga inilah yang kita punya. Seperti halnya hewan jika tenaga pun sudah tiada maka tinggal kita dicampakan untuk nantinya menjadi bangkai dalam ketidakberdayaan.

Keinginan berubah selalu ada di dalam hati tinggal bagaimana keinginan itu berubah menjadi keberanian dan dipraktikan ke dalam tindakan. Dalam cerita Orwell ini keberanian para hewan ternak untuk melawan ketidakadilan yang disebabkan manusia dipantik oleh alasan yang fundamental, yaitu makanan. Diceritakan oleh Orwell bahwa pada suatu hari Pak Jones yang awalnya petani yang rajin serta tekun berubah menjadi malas-malasan dan mabuk lebih dari yang dibutuhkan hal ini karena Pak Jones terpukul setelah kalah dalam satu kasus hukum sehingga menyebabkannya kehilangan banyak uang. Patah hati karena kekalahannya menyebabkan dia tidak peduli lagi terhadap peternakannya dan melarikan diri dengan mabuk-mabukan. Karyawan Peternakan Manor juga lebih payahnya ketika mereka tidak diawasi. Sehingga kelaparan terjadi para hewan ternak menjadi gelisah dan marah. Usaha pengendalian tidak ada yang berhasil lecutan demi lecutan tidak berhasil menundukan keberingasan para hewan yang lapar dan marah, karena merasa terpojok maka Pak Jones dan para karyawannya melarikan diri dari peternakan. Para hewan berhasil mengusir penindas dan membebaskan diri dari perbudakan itu, sampai saat itu.

Setelah hari pembebasan para hewan mulai menikmati kemenangannya tetapi tidak dengan berleha-leha. Mereka mulai menyusun bagaimana menyusun hari depan sebagai hewan merdeka yang tidak bergantung kepada manusia. Hal pertama yang dilakukan para binatang setelah kebebasannya ada membagikan makanan kepada semua binatang dengan porsi dua kali lebih besar yang diberikan oleh Pak Jones. Era lama itu telah pergi paling tidak untuk sekarang. Setelah kemenangannya atas manusia para binatang dipeternakan dipimpin oleh para babi yang memang dikenal dan diakui sebagai hewan paling pintar diantara mereka, toh Mayor Tua juga seekor babi. Ada dua ekor babi yang menonjol dalam memimpin peternakan binatang itu bernama Snowball dan Napoleon.

Setelah kemerdekaan disini teragedi dimulai. Sebuah dunia yang dicita-citakan oleh Mayor Tua sedikit demi sedikit mulai terwujud. Tetapi sedikit demi sedikit juga mulai dikhianati. Apalagi setelah Snowball diusir dengan intrik oleh Napoleon, Snowball diceritakan merencakan penghianatan dengan berhubungan kembali dengan manusia. Sesuatu yang masih membekas didalam hati para binatang. Setelah Snowball pergi Napoleon yang mengambil alih mula-mula iya menciptakan sturktur masyarakat berbinatangan dimana para babi mendapatkan prilaku dan jatah makan khusus dengan dalih bahwa kerja para babi lebih berat yaitu berfikir. Pembagian makanan yang diskriminatif adalah awal dari semua tragedi ini. Ketika masa paceklik para hewan selain babi merasakan kelaparan sedangkan para babi ? mereka hidup hangat dan kenyang dalam rumah Pak Jones. penghianatan-penghianatan terus terjadi sampai puncaknya Napoleon si babi pemimpin itu kembali membuka kerja sama dengan manusia bahkan berkomplot dengan mereka. Yang digambarkan dengan apik bahwa babi yang tadinya terhormat itu berubah menjadi manusia.

Komentar

Postingan Populer