Narasi Baru
Perempuan-perempuan
kota Jakarta
Yang
tersebar dan terserak
Kebingungan
dan bertanya-tanya
Terombang-ambing
Dalam
pertanyaan
“Apakah
kebebasan perempuan sesungguhnya ?”
Perempuan-perempuan kota Jakarta
Telah
lama bersembunyi
Dalam
sekat pertanyaan
Terkungkung dalam gelap yang tak
berkesudahan
Di
bentuk, dirias, dibutakan oleh keindahan
Di
kurung dalam bingkai rekayasa “perempuan sejati”
Terus
menerus ditelanjangi dalam ruang-ruang diskusi
Namun
tetap terdiam dalam konstruksi mitos-mitos patriarki
Saudari-saudariku,
Kita
bukan sekedar objek viral.
Berhentilah
terdiam dan pura-pura tak tahu.
keluarlah
dari persembunyianmu,
bukalah
pandanganmu seluas-luasnya dan lihatlah
orang
di gedung pemerintah berusaha memancang kedua kakimu di rumah-rumah
Sementara
yang lain,
berusaha
bersuara membela diri,
dari
berbagai bentuk pelecehan dan kekerasan,
namun
bernasib naas,
menjadi
korban dan dihukum oleh budaya sendiri.
oleh
perempuan-perempuan sendiri
Saudari
saudari ku
Angkat
kepalan tanganmu.
Buka
suaramu.
Gerilyakan
penamu dalam narasi peradaban.
Tulis
ulang mitos-mitos yang telah menyeretmu kedalam goa yang gelap
perjuangan
yang sedari awal kita bangun
melawan
patriarki diluar sana
sebuah
lahan yang kita bentuk sendiri
seringkali
terhempas oleh lahan yang telah lama terbentuk
kawan-kawanku
Mentari
telah menunjukan wujudnya lagi.
Ini
jaman baru. Jaman dimana tidak dibenarkan lagi perempuan hanya jadi teman tidur
Jaman
dimana tidak dibenarkan lagi perempuan hanya menjadi bayangan laki-laki
Jaman
dimana tidak dibenarkan lagi perempuan hanya menjadi pilihan kedua.
Jaman
dimana tidak dibenarkan lagi kebenaran hanya ada di laki-laki atau perempaun.
Kawan-kawan
ku
Perempuan-perempuan
kota Jakarta
Katakan
ya pada kemanusian
Katakan
tidak ketidak adilan.
Jakarta,
8 Februari 2020
Komentar
Posting Komentar