Wakil Rakyat Klampis Ireng
Wakil Rakyat Klampis Ireng
Bagong bersedih. Tiba-tida dia kepilih jadi
wakil rakyat. Pelantikannya ya baru kemarin, sehari sebelun UNESCO mengakui
batik sebagai warisan budaya Indonesia.
Makanya, berbeda dibnding wakil-wakil
rakyat yang lain yang pakai jas walaupun di negara tropis, walaupun panasnya
kayak gini, Bagong lebih milih pakai batik.
“Dulu Neslon Mandela yang mimpin Afrika
Selatan saja gemar batik, masa kita malah ikut-iutan bule mengenakan jas? Jas
itu kan mestinya untuk di tempat-tempat yang hawanya dingin.”
Itu biasanya nasehat yang kerap didengarkan
Bagong, bungsu Semar. Makanya sejak tiga hari sebelum pelantikan, dia rajin
keluar masuk Pasar Klewer di Surakarta, mencari berbagai macam motif batik yang
kira-kira cocok untuk dibaiat menjadi wakil rakyat.
“kok nggak pake jas saja. Memang iklim kita
ini tropis. Tapi kan bisa pakai AC,”
kata teman-teman Bagong.
Ya justru itu, Bagong nggak mau yang dingin
Cuma ruangan dalam, tapi lingkungan luar makin tambah panasnyaagong nggak mau
ikut dalam menambah panas lingkungan karena penggunaan AC.
Apalagi belakangan ini listrik sering mati.
Di kota praja banyak perempuan keramas di salon, tiba-tiba pas pengeringan
rambut listrik mati. Ke salon pengen cantik, pulangnya malah acak adul. Nanti bagaimana kalau listrik
sering mati dan AC nggak nyala. Pasti kalo pakai jas, Bagong tambah kepanasan.
Tak heran bagong meninggalkan jas. Dia
lebih memilih batik. Batik akhirnya sudah di peroleh dari adik Petruk dan Gareng
ini. Motifnya kawung, digabung dengan
parang garuda dan parang rusak. Muncul juga sedikit motif sido mukti di beberapa aksennya. O ya, ada sedikit nuansa motif mega mendung dari Cirebon.
Gabungan motif-motif dari berbagai daerah
itu, termasuk motif pagi sore dari Pekalongan,
mestinya membuat Bagong sumringah. Karena
mencari di belahan dunia manapun, tak bakal ada. Yang dipakai Bagong saat
pelantikan wakil rakyat itu mungkin satu-satunya di dunia. Belum lagi, ada
sentuhan warna-warni Batik Madura disana-sini.
Bagong harusnya makin percaya diri dengan
batik uniknya itu. Apalagi partai Bagong
berjanji akan menyekolahkan Bagong ke kursus singkat menjadi wakil rakyat,
semacam bimbingan yang diberikan oleh mantan ketua Mahkamah Konstitusi Prof.
Jimly Asshiddiqie kepada para anggota DPR dari kalangan artis.
Itu pun nggak membuat Bagong hepi. Karena menurut Bagong, mau pakai
batik atau jas, wakil rakyat itu tetap sama. Yaitu, mereka lebih rendah daripada
rakyat yang sudah rendah. Namanya saja wakil.
Wakil rector masih mendingan. Karena rektor
jabatan tertinggi di kampus, menjadi wakil rektor tentu masih tinggi. Begitu
pula wakil kepala sekolah, wakil Kapolri, wakil presiden. Nah kalau wakil Rakyat
?
Berarti sebagai wakil rakyat, bagong akan
disuruh-suruh oleh rakyat. Kalau perlu rakyat boleh memarahinya. Dan yang
paling penting menurut Bagong, mulai besok pagi Ia harus kursus di samping
kursus yang dibikin oleh Jimly.
Bagong akan kursus bahasa Jawa kromo inggil. Selama ini, ketika masih
berkedudukan tinggi sebagai rakyat, Bagong hanya bisa bahasa Jawa ngoko. Tapi, karena mulai besok ia turun
pangkat menjadi wakil, mau nggak mau dia harus bisa bahasa jawa inggil. Bahasa kromo inggil, artinya komunikasi dengan penuh penghormatan, menurut
Bagong, harus dipakainya ketika berdialog dengan tokoh yang diwakilinya alias
dengan atasannya, yaitu kita.
Ketika Bagong naik mobil wakil rakyat
nanti, berpapasan dengan rakyat yang sedang perlu mobil, misalnya karena istri
rakyat itu akan melahirkan, ya bagong harus turun dari mobil dan menyerahkannya
kepada calon ayah tersebut.
Masyarakat pada arus balik Lebaran boleh
mengajak siapapun keluarganya diudik untuk ikut ke kota praja. Rakyat nggak
perlu takut saudaranya itu akan menjadi gelandaangan di kota praja. Datang saja
kerumah wakilnya, yaitu Bagong. Panakawan ini harus mau keluar rumah, agar
rumahnya bisa diisi oleh atasannya, yaitu calon gelandangan tersebut.
Dan banyak perkara lagi yang bikin bagong
bersedih. Pertuk dan Gareng, kakak Bagong, berkali-kali menghibur Bagong. Kata
mereka, enak lho jadi wakil rakyat. Polisi dan petugas penegak hukum lainnya
nggak bisa seenaknya menangkap Bagong. Diperlukan izin khusus dari raja bila
polisi ingin menangkap Bagong.
Bagong heran dengan hiburan jenis itu.
Menurutnya, dia tergerak menjadi wakil rakyat bukan karena ingin mencuri atau merampok atau melakukan perkara kriminal
lainnya. Jadi menurut Bagong, perlindungan raja dari petugas penyelidik an
penyidik tidak dia perlukan.
Kocap
Kacarita, Raja Darawati Sri Kresna akhirnya dari kejauhan di Klampis Ireng,
padepokan Semar dan anak-anaknya, Kresna mengirimkan anak yang paling
disayanginya, Raden Samba, menuju Klampis Ireng menemui Bagong.
Raden Samba yang tampan dan selalu
berpakaian gemebyar tak diberi pesan apa-apa oleh Kresna. Samba bingung.
Pokoknya, kata Kresna, Samba hanya datang saja memperlihatkan dirinya di depan
Bagong. Habis itu Samba boleh pergi.
Hanya Raden Setyaki, Paman Samba yang
menyertai kepergian kesatria dari Parang Garuda ini, yang tahu maksud Kresna. Kresna
ingin memperlihatkan betapa menariknya harta benda kepada Bagong. Harta benda
berupa perhiasan dan pakaian itu lengkap ada pada Raden Samba yang kebetulan
juga tampan.
Harapan Kresna, Bagong bisa hepi dilantik jadi wakil rakyat karena
Bagong. Karena Bagong sudah bisa membayangkan enaknya harta benda.
Apakah dengan kedatangan Raden Samba yang
gemerlap ini membuat Bagong berubah menjadi riang, membayangkan keadaan kelak
sebagai wakil rakyat?
Wah, kedatangan Raden Samba yang bukan
wakil rakyat itu belum terjadi. Dan saya bukanlah ayahnya, yang tahu
peristiwa-peristiwa yang akan terjadi.
(Wayang Durangpo, Jawa Pos, Episode 07, 4 Oktober 2009)
Komentar
Posting Komentar